Selasa, 05 November 2013

Dulu Aqua Sekarang Lifebuoy


Prihatin dan kesal sebenarnya melihat iklan produk di televisi yang menjual kemiskinan. Pernah ada iklan Aqua yang sempat terkenal dengan tagline “sumber air su dekat”. Iklan itu mengambil latar kehidupan masyarakat di pedalaman Timor – NTT yang kesannya kering dan hanya bisa diselamatkan dengan membeli air kemasan aqua yang diiklankan. 


Akhir-akhir ini muncul lagi iklan sabun lifebuoy yang coba menjelaskan tentang pola hidup bersih dengan harus mencuci tangan dan penjabaran angka diare yang luar biasa. Lagi – lagi itu mengambil latar NTT. 


Saya sendiri mengakui bahwa fakta tidak bisa dipungkiri. Kenyataan tidak bisa ditutup-tutupi. NTT secara populasi memang masyarakatnya masih banyak yang miskin. Secara nasional akhir-akhir ini, NTT juga tidak ada beda dengan daerah lain yang masyarakatnya  masih miskin. Banyak data juga bisa di pakai untuk mengcompair hal tersebut. Tentu ini suatu hal yang kontradiktif. Negeri ini berlimpah sumber daya alamnya tetapi kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang jauh. Penguasaan SDA dominan oleh pihak asing, dan Negara seperti tergadai dan tidak punya kedaulatan. Aghhh ini terlalu jauh saya bahas.

Kembali ke iklan Tv tadi.

Saya sangat tidak setuju dengan adanya iklan-iklan produk di televisi yang menurut saya sangat terang-terangan menjual kemiskinan di NTT. Pesan iklannya seperti ingin menyampaikan ke public bahwa mereka (produk tersebut)   yang tampil terdepan dalam masalah-masalah social di NTT. Padahal saya yakin, bahkan sangat yakin, bahwa biaya iklan nya jauh lebih besar dari biaya program social kemasyarakatan. Perusahan-perusahan produk tersebut hanya akan terus meraih keping-keping keuntungan di atas puing-puing penderitaan masyarakat. Seperti pembodohan berkedok. 


Aqua dan Lifebouy, hentikan pembodohan berkedok itu. Kemiskinan NTT hanyalah Stigma. Masyarakat NTT masih cukup kuat untuk menghadapi situasinya sendiri. Kalau murni social, jangan tanggung-tanggung. Jangan juga jadi benalu, mencari keuntungan dengan menjual keadaan masyarakat.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar