Kalau sempat melintas di Jl. Soeharto, salah satu jalan utama di
kota Kupang, di sebelah kiri dari arah Undana lama, dekat simpang ke arah universias
PGRI, Sebelum warung ratusari dan asrama mahasiswa Belu, tepat depan polda NTT,
ada sebuah bangunan tua. Usianya hampir setengah abad, Bangunan itu awalnya
adalah sebuah gereja, namun setelah gereja pindah ke Jl. Herewila, bangunan itu
dihibahkan Keuskupan Agung Kupang kepada mahasiwa-mahasiswa katolik yang berhimpun
dalam PMKRI. Rumah yang jadi sekretariat itu
biasa disebut anak – anak PMKRI sebagai margasiswa (selanjutnya disingkat
dengan marga).
Kalau mau menceritakan semua, mungkin akan sangat banyak
pengalaman saya di rumah itu.
Sejak awal saya
melanjutkan kuliah di Universitas Nusa Cendana, saya menyadari diri saya sangat
termotivasi untuk belajar. Saat – saat kuliah dulu, keinginan untuk belajar itu
begitu menggebu. Membaca, ikut aktif dalam diskusi-diskusi di kampus sampai
ingin terlibat akif dalam beberapa organisasi intra dan extra universiter. Bayangkan.
Saya harus membagi uang kiriman orang tua, yang jumlah nya ± Rp. 200.000 /
bulan kala itu, untuk kebutuhan sebulan
dan belanja buku. Kenapa harus belanja buku? Kan ada perpusakaan? Itu dia
masalahnya, saya tidak bisa membaca berlama-lama saat itu kalau di
perpustakaan. Karena ada kebiasaan buruk saya, saya hanya bisa bertahan membaca
kalau sambil mengepulkan asap rokok. So saya jarang ke perpustakaan tapi lebih
sering ke gramedia.
Masuk semeseter III awal, saya bersama beberapa teman sekampus,
ikut mendaftar ke Perhimpunan Mahasiswa Katolik (PMKRI) Cabang Kupang yang
sekretariatnya di Jl,Soeharto itu. Nah
di situ semua berawal. 1 minggu ikut penerimaan di Buraen itu paling berkesan. Di
suruh berpidato, memimpin diskusi/rapat, berdebat semua dilatih dengan
konsekuensi sanksi guling-gulingan di lumpur ala militer kalau tidak bisa. Ada
juga mars penyemangatnya. Lagu “di tengah rimba raya”. Anak-anak marga kupang pasi hafal lagu ini. 1
minggu di MPAB, lanjut 8 pekan Mabim plus 1 minggu lagi LKK membuat banyak hal
dalam diriku saya rasa berkembang. Pokoknya Top Markotop.
PMKRI kupang yang lahir 25 Oktober 1963 bagi saya adalah rumah
perjuangan. Entah sudah berapa banyak kader yang lahir, ditempa dari rahim
pembinaan di rumah ini.
Hari ini, PMKRI kupang hampir genap 50 tahun. Kalau se usia
manusia, sudah cukup tua, keriput, dan penuh kerutan. Usia yang kurang produktif
lagi. Namun ada kebanggaan di usia nya yang sebegitu PMKRI Kupang tetap luar
biasa melahirkan kader-kader dalam semangat Intelektualias Kristianias dan
fraternitas. Ketuaan usia, tapi tetap anggun mempesona dalam pembinaan kaum
muda. Sungguh !! Pro Ecclesia et Patria!!! Religio Omnium Scintiarum Anima!!!
Saya Merinding!!!
Jayalah selalu PMKRI Kupang St. Fransiskus Xaverius. Vivat Baret Merah Bol Kuning !!!
Besok saya berencana akan ke Kupang. Ada pesta emas perayaan 50
tahun PMKRI Cabang Kupang. Undangannya saya baru saja terima. Beberapa acara
tampaknya sudah disiapkan oleh panitia perayaan. Ada seminar nasional, ada
jalan sehat, ada reuni/serasehan, juga misa serta gebyar puncak 50 tahun.
Disertai hujan dan angin keras di sekitaran Jakarta sore ini,
saya menuliskan ini semua. Satu per satu kenangan di rumah tua bernama Marga
bermunculan. Dan saya berkaca-kaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar