Selasa, 22 Oktober 2013

Rumah Tua Itu Bernama Marga

Kalau sempat melintas di Jl. Soeharto, salah satu jalan utama di kota Kupang, di sebelah kiri dari arah Undana lama, dekat simpang ke arah universias PGRI, Sebelum warung ratusari dan asrama mahasiswa Belu, tepat depan polda NTT, ada sebuah bangunan tua. Usianya hampir setengah abad, Bangunan itu awalnya adalah sebuah gereja, namun setelah gereja pindah ke Jl. Herewila, bangunan itu dihibahkan Keuskupan Agung Kupang kepada mahasiwa-mahasiswa katolik yang berhimpun dalam PMKRI. Rumah yang jadi sekretariat   itu biasa disebut anak – anak PMKRI sebagai margasiswa (selanjutnya disingkat dengan marga).
Kalau mau menceritakan semua, mungkin akan sangat banyak pengalaman saya di rumah itu.
Sejak awal saya melanjutkan kuliah di Universitas Nusa Cendana, saya menyadari diri saya sangat termotivasi untuk belajar. Saat – saat kuliah dulu, keinginan untuk belajar itu begitu menggebu. Membaca, ikut aktif dalam diskusi-diskusi di kampus sampai ingin terlibat akif dalam beberapa organisasi intra dan extra universiter. Bayangkan. Saya harus membagi uang kiriman orang tua, yang jumlah nya ± Rp. 200.000 / bulan  kala itu, untuk kebutuhan sebulan dan belanja buku. Kenapa harus belanja buku? Kan ada perpusakaan? Itu dia masalahnya, saya tidak bisa membaca berlama-lama saat itu kalau di perpustakaan. Karena ada kebiasaan buruk saya, saya hanya bisa bertahan membaca kalau sambil mengepulkan asap rokok. So saya jarang ke perpustakaan tapi lebih sering ke gramedia.
Masuk semeseter III awal, saya bersama beberapa teman sekampus, ikut mendaftar ke Perhimpunan Mahasiswa Katolik (PMKRI) Cabang Kupang yang sekretariatnya di Jl,Soeharto itu.  Nah di situ semua berawal. 1 minggu ikut penerimaan di Buraen itu paling berkesan. Di suruh berpidato, memimpin diskusi/rapat, berdebat semua dilatih dengan konsekuensi sanksi guling-gulingan di lumpur ala militer kalau tidak bisa. Ada juga mars penyemangatnya. Lagu “di tengah rimba raya”.  Anak-anak marga kupang pasi hafal lagu ini. 1 minggu di MPAB, lanjut 8 pekan Mabim plus 1 minggu lagi LKK membuat banyak hal dalam diriku saya rasa berkembang. Pokoknya Top Markotop.
PMKRI kupang yang lahir 25 Oktober 1963 bagi saya adalah rumah perjuangan. Entah sudah berapa banyak kader yang lahir, ditempa dari rahim pembinaan di rumah ini.
Hari ini, PMKRI kupang hampir genap 50 tahun. Kalau se usia manusia, sudah cukup tua, keriput, dan penuh kerutan. Usia yang kurang produktif lagi. Namun ada kebanggaan di usia nya yang sebegitu PMKRI Kupang tetap luar biasa melahirkan kader-kader dalam semangat Intelektualias Kristianias dan fraternitas. Ketuaan usia, tapi tetap anggun mempesona dalam pembinaan kaum muda. Sungguh !! Pro Ecclesia et Patria!!! Religio Omnium Scintiarum Anima!!! Saya Merinding!!!
Jayalah selalu PMKRI Kupang St. Fransiskus Xaverius. Vivat Baret Merah Bol Kuning !!! 
Besok saya berencana akan ke Kupang. Ada pesta emas perayaan 50 tahun PMKRI Cabang Kupang. Undangannya saya baru saja terima. Beberapa acara tampaknya sudah disiapkan oleh panitia perayaan. Ada seminar nasional, ada jalan sehat, ada reuni/serasehan, juga misa serta gebyar puncak 50 tahun.
Disertai hujan dan angin keras di sekitaran Jakarta sore ini, saya menuliskan ini semua. Satu per satu kenangan di rumah tua bernama Marga bermunculan. Dan saya berkaca-kaca.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar