“Siiiiap Geraaaaaak”!!! samar Aku dengar suara pemimpin apel pagi itu di pelataran belakang antara ruang utama dan ruang workshop kantor ku. Semua staf dan pegawai nampak rapi dalam banjar – baris berdasarkan tiap seksi dan kejuruan atau departemen. “Tata Usaha, siap Apel pagi” berlanjut seksi – seksi dan departemen lain ikut melapor. Aku masih berhenti sebentar di parkiran menunggu selesai apel. Pagi ini aku sedikit terlambat.
Apel pagi adalah kebiasaan di kantor yang sering kami lakukan. Awal
mengikuti apel pagi di kantor aku agak merasa “aneh” karena persis sudah
beberapa tahun terlewat dan tidak pernah lagi mendegar aba – aba baris
berbaris. Satu hal yang dulu pernah aku sukai. Dulu sewaktu masih di SD,
bahkan sampai SMP, aku menyukai baris – berbaris dan paling senang
kalau di percaya jadi penggerek bendera saat upacara pengibaran bendera.
Tugas dan kepercayaan jadi penggerek akan kulaksanakan dengan gagah
(kira – kira itu perasaanku waktu kecil dulu). Tapi itu sudah sangat
lama, beberapa tahun yang lalu.
Barisan rapi menjadi tercerai berai setalah aba –aba “bubar jalan”
terdengar lantang. Aku menyusup ke kumpulan teman yang lagi mengantri
membubuhi paraf di daftar absensi pagi. Sebagian teman pegawai masih
berkumpul bergerombol sebelum nanti kembali sibuk dengan tugas di
belakang meja masing – masing. Pagi ini sesuai Jadwal kami akan
melakukan rapat bersama yg biasanya dilaksanakan sebulan sekali oleh
seluruh staf. Aku sendiri kurang tahu agenda dan materi apa yang harus
jadi bahan pembicaraan di rapat. Pukul 09.00 WiTA semua sudah berkumpul
di aula AVR yang berukuran sedang. Rapat dimulai dengan evaluasi
kegiatan dan target kerja. Semua sumbang pikiran, semua kasih gagasan.
Usul dan saran pasti menyelingi. Ada kritik, ada juga autokritik. Semua
untuk sesuatu yang lebih baik. Kritik memang sudah pasti akan ada ke
mana pun kita melangkah. Orang yang paling pintar, paling hebat, paling
ahli dan paling bekerja keras pun tidak luput dari kritik. Bila kita ada
di tahap belajar, tahap mencoba, tahap memulai, di mana hasil kerja
kita masih jauh dari sempurna, sudah sewajarnya kita mengantisipasi
kritikan dan menjadikannya sebagai energi positif yg konstruktif.
Di kesempatan rapat itu juga dibahas tentang bidang kepegawaian yang
menjadi tugas aku bersama “mba” Hadijah yang Seminggu sebelum lebaran
kemarin, kami diberi tugas monitoring oleh kepala BLKI. Sebuah
tugas dengan semangat yang baik berdasarkan PP No, 53 / 2010 tentang
Disiplin PNS. Monitoring yang kami lakukan untuk melihat perkembangan
kehadiran pegawai berdasarkan perhitungan jam kerja dan membuat rekapan
bulanan yang akan dijadikan sebagai data dan bahan pengambilan sikap
(sanksi indisipliner) oleh pejabat yang berwenang. Semenjak diberi
kepercayaan itu saya coba mempelajari tentang PP No. 53 serta melihat
amanat dan semangat yang terkandung di dalamnya.
Ada banyak kelemahan yang saya sampaikan dalam rapat tersebut.
Diantaranya sikap disiplin yang mestinya menjadi sikap moral setiap
individu. Apapun aturannya disiplin hanya bisa tumbuh dari pribadi yang
mau terib dan kandungannya adalah keteladanan. Untuk alasan itu,
beberapa kali saya memprotes pola monitoring yang menurut saya tidak
akan memberi efek positif yang jauh. Selain kendala teknis penghitungan
jam yang dikonversi untuk penghitungan hari. Aku memang selalu memulai
dengan keyakinanku, dan percaya ada nilai dan kebenaran yang selalu
keluar dari pribadi yang menjadi teladan.
Sikap keteladanan dan iklim kerja yang sehat lah yang mendorong sebuah
institusi atau lembaga benar benar produktif. Sikap kaku dan rigit pada
aturan hanya menghabiskan energi pada menyelasikan masalah inter –
relasional yang baik tapi belum tentu produktif. Itu lah sebab di
pemamparan dan diskusi tentang PP 53 /2010 bersama semua staf BLKI aku
meminta untuk pola monitoring yang kaku bisa dirubah lebih fleksibel
dan didorong pada keteladanan-produktif.
Kehadiran dan absensi memang merupakan borok nya birokrasi yang banyak
di sorot. Banyak pegawai yang hadir saat pagi lalu menghilang,dan
kembali muncul saat sore untuk kepentingan absen dan pulang. Monitoring
dengan pola yang tepat, menumbuhkan kesadaran dan sikap keteladanan akan
merupakan sesuatu yang baik dari cita – cita besar “Reformasi
Birokrasi”. Memang judul besar reformasi birokrasi rasanya menjadi PR
yang sangat berat. BLKI makassar harus punya komitmen untuk itu.
Komitmen bersama harus lahir dari komitmen – komitmen individu di
dalamnya. Termasuk menjawab pandangan publik terhadap bobroknya
departemen ini yang saban hari santer di media dengan kasus suap elite
departemennya.
Semoga ini menjadi kesadaran kerja bersama. Terus Semangat membagun kompetensi bagi pencari kerja,. VIVA BLKI Makassar.!!!
BLKI MAKASSAR ( TAMPAK DEPAN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar