Hubungan antara manusia dan binatang merupakan kenyataan. Sejarah penciptaan sudah menceritakan itu sejak generasi Adam. Dalam
perkembangan pun, hubungan sesama makhluk hidup penting dalam banyak
bentuk kebudayaan di dunia. Hubungan sesama makhluk juga menjadi tema
yang menempati dominasi wacana seni rupa kontemporer, termasuk di
Indonesia. kalau mau sedikit mundur ke belakang, bangsa ini memiliki
sejarah kebudayaan dengan latar belakang budaya animistik dan samanisme,
di mana mitologi tentang manusia/binatang berkembang dan terbentuk
menjadi peradaban di bawah pengaruh dari berbagai macam ragam
kepercayaan serta agama. Dari figur-figur hibrida mitologi
manusia/binatang yang acapkali berperan sebagai pelindung yang
dipercaya, dewa, sampai pada kendaraan bagi manusia; binatang-binatang
yang dihormati manusia maupun manusia-manusia yang seperti binatang ini,
acapkali memiliki perubahan makna terus-menerus hingga masa sekarang.
Ya, dari binatang dan makhluk hidup lain kita bisa belajar tentang
kehidupan. Ada banyak hubungan yang menjadi pelajaran bagi manusia.
Manusia melihat realitas, menangkap gejala, mengetahui konsekwensi,
komparasi dan hubungan di antara hubungan dengan makhluk lain. Kata
aristoteles “Ilmu itu seperti udara, ia ada di sekitar kita. Kamu bisa
mendapatkannya,dimanapun dan kapanpun”. Belajar dari binatang, kenapa
tidak???
Adalah ibu Budi. Seorang Ibu muslimah yang
sangat menyayangi kucing. Di rumahnya - Di sekitar Baji Pamai, Makassar -
terdapat lebih dari 8 ekor kucing, yang disayanginya. Memelihara
mereka, memandikan, memberi makan dan bermain bersama mereka setiap hari
adalah bagian dari kesehariannya . Dia memberi perhatian lebih kepada
semua piaraanya itu. Memang seharusnya manusia meghargai semua model
hubungan termasuk dengan hewan, Sebagai bentuk kebudayaan dan
penghargaan terhadap makhluk lain. Semua kucing itu
diberi nama. Akan dipanggil manja saat ingin bermain bersama mereka,
dan akan ditegur dengan teriak atau sentakan apabila ada kucing yang
nakal atau ber-ulah mau merusak. Sungguh sebuah harmoni hubungan.
Bilkies, Bigon, Waili, Cencen, Nemo,
Mancung dan ada beberapa ekor kucing lagi yang bernama tapi aku lupa.
Dari semua kucing, yang paling menarik perhatianku adalah Bilkies.
Selain bulu bercorak abu abu –putih nya yang cantik dan halus, kelihatan
bilkies – lah yang paling dewasa di antara mereka. Dia seolah
diposisikan sebagai pemimpin yang bertanggug jawab dan menjaga rekan –
rekannya. Selalu memantau kawan-kawanya bermain, mengelus dan menjilati
kucing lain dengan lembut dan manja. Sesekali
berlari melerai, apabila ada sesama kucing berkelahi. Suara erangannya
yang keras seakan menjadi bahasa peringatan bagi kawan - kawannya yang
lain.
Ini yang luar biasa menurutku. Pada saat
pembagian makan. Ibu Budi biasa menyiapkan kepala ayam buat santapan
lezat kucing – kucing ini. Bilkies akan berlari ke dapur, mengambil satu
per satu potongan kepala ayam dan memberikannya kepada kucing yang
lain. Bilkies juga akan terus sigap Memantau
mereka tak saling berebut, dengan kondisi yang sama lapar. Dia akan
menjadi kucing terakhir yang makan, saat kucing yang lain sudah kenyang
dan kembali asyik bermain berkejaran. Sungguh suatu sikap pemimpin -
ksatria yang bisa dipelajari dari Bilkies.
Acap kali si betina Bilkies ini yang menyusui bayi
kucing lain yang tidak kebagian menetek di induknya. Ia memperlakukan
semua kucing dengan sama, menjaga, memberi perhatian dan memberi makan.
Bilkies tidak pernah kehilangan semangat. Saat
santai, bukan hanya perut, tengkuk, punggung dan dagu digaruk
–garuknya, tapi ia akan menggulingkan badannya sambil mengajak kucing
lain ikut bermain.
Setelah sering melihat
kucing – kucing itu, saya merasa diberi pelajaran tentang menjadi
pemimpin oleh Bilkies. Tidak mudah menemukan pribadi yang berkorban
tanpa kehilangan kewibawaan. Kepemimpinan ala bilkies;
semangat melayani, kedewasaan dan kewibawaan menyelesaikan persoalan,
berkorban bagi yang lain tanpa meminta lebih. Kepemimpinan ala bilkies
memberi warna sendiri dalam komunitas kucing itu dan dalam interaksi keseharian mereka. Bilkies memiliki lebih dari sekedar pengaruh diantara kucing yang lain.
Bilkies tentu memilki itu bukan karena ia menguasai banyak teori kepemimpinan, bukan juga karena ia bisa bergulat dan mendalami banyaknya
referensi leadership. Apalagi bilkies hanya binatang yang tidak punya
kekuatan berpikir untuk sebuah kerja manejemen. Dari dasar pikir inilah
rasanya Bilkies menampar wajah hubungan social berbangsa kita hari ini.
Di saat semua situasi keterpurukan di sekitar kita membutuhkan
penyelesaian. kita butuh hadirnya sosok – sosok berjiwa ksatria. Atau
mungkin elite pemimpin negeri ini harus belajar bagaimana sikap
memimpin seperti yang ditunjukkan seekor kucing? Seekor binatang
tampaknya lebih manusiawi dari manusia itu sendiri. Ya.. Bilkies memberi warna bagiku, juga untuk kenyataan kehidupan social disekitarku di mana sinis
dan distrust yang kencang mengalir kepada elit dan pemimpin negeri ini
yang kehilangan ruang positif untuk mensejahterakan rakyatnya.
Manusia bangsa ini yang katanya makluk
paling istimewa (dibanding kucing), diberi kelebihan untuk berpikir,
ternyata lebih bejat dan amoral. mereka sibuk dengan urusan perut masing
– masing, padahal di dekat mereka sesama manusia lain mati kelaparan. Mereka
mengambil yang bukan bagian mereka. Mencuri, merapok, menjarah tanpa
perduli suatu kelak mereka adalah penghuni setia neraka jahanam. Mereka
mempermainkan masyarakat banyak. Di mana-mana bicara
atas kepentingan masyarakat, tapi mereka menelantarkannya. Mereka sibuk
menuding jika masyarakat mulai perlahan melihat borok mereka terkuak. Menciptakan
kejahatan dalam sistem yang menjebak adalah jago mereka. Tak pelak
banyak protes. Tak pelak juga banyak yang memberontak. Mahasiswa
bergerombol kesal di jalanan, para seniman meghujam kritik di panggung
dan teater, rakyat pasrah dalam pengharapan akan hadir pemimpin baru
yang berjiwa ksatria dan jauh dari serakah.
“Tuhan terima kasih Engkau menciptakan saya
sebagai seekor kucing, tidak sebagai pemimpin manusia yang kau sebut
istimewa namun serakah”
Seandainya Bilkies bisa berujar dalam doa, mungkin begitulah doanya.
Astaga..!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar