Kamis, 05 September 2013

KAMI MASIH BERSAMA (2)

Ada cerita tentang piket (pembagian tugas). Bagaimana lelaki - lelaki muda punya cerita untuk hidup tertib. Seperti kehidupan asrama lazimnya. Bangun pagi, secepat kilat meggosok gigi, ataupun langsung membersihkan ruangan PP/ruangan tidur/ruangan rapat  jika memang kebagian piket harian. Tanpa ampun, tanpa pandang bulu. Itu kesepakatan, Pacta sunt ser vanda. Semua harus punya jatah piket. Gusma kebagian senin, selasa punya levi, vito dapat rabu, kamis milik parlin, jumat itu heru, Eman suka sabtu,  Minggu murni milikku. Yang tidak kebagian piket, memang diuntungkan karena tidak hadir membuat kesepakatan saat itu. Sengaja memang dua cewek pp itu tidak dikasih jatah piket, dan mereka punya alasan sendiri, katanya gender. Diantara sekelumit kesibukan sehari – hari kami saling mengingatkan tentang tugas kami ini. Lucu, aneh, terkadang menjegkelkan karena saling olok. Pasalnya kalau kesepakatan ini tidak dilaksanakan pasti akan dicerewetin oleh semua kawan yang lain. Kejadian – kejadian ini terang membayang dalam lintasan pikiranku ketika aq mulai menuliskan ini dalam notes.
Kalau anda bertamu ke sam ratulangi 1 pada pagi harinya, mendaptkan halaman ruangan pp mash terkunci, melihat puntung dan debu rokok di sekitar meja di teras depan ruangan plus gelas – gelas kopi yang tersisa dengan ampasnya,  berarti ada yang lalai dari kesepakatan kami. Bukan tidak mungkin setelah itu akan ada sinis dan tegur-olok untuk sang petugas yang lalai.

 Biasanya yang sering lalai adalah Alfred. Legkapnya, Aloysius fransiskus alfred edo meko.  Sebenarnya dia anak yang rajin.  Dalam banyak hal ketika diberi kepercayaan, dia mampu menyelesaikannya. Dia juga orang yang dinamis, sarat improvisasi (ceplas – ceplos ngomongnya)  tetapi di mata teman – teman dia terkesan kurang sistematis. Apalagi saat megirim sms rapat (karena tugas kesekjenan) atau mengupdate status fb.  Pasti selalu ada tulisan yg kurang atau bahkan kelebihan. Dia orang yang energic,terkadang serius namun tetap dibalut kehangatan dan harmoni. Walau terkadang dia serius, saya tidak pernah berbicara perkara serius dengannya. Ya, dia lebih ber-Energy kalau bercanda. Pernah suatu waktu, saat selasa malam menjelang rabu (hari piket alfred)  bersama gusma dan eman,kami mengotori seluruh ruangan PP dengan sampah (kulit kacang dan guntingan kertas) dan akhirnya puas melihat sambil menertawakan Alfred saat membersihkannya. Bersama alfred si malas piket ini, selalu ada tawa, ber -hihi hihi, ber- haha haha.,. saya tau dia juga terkadang menyusun rencana untuk mengotori ruangan PP lalu ingin tertawa puas nanti jika melihat saya/gusma/eman membersihkannya. Diantara semua teman sebenarnya dia yang paling sering membuat saya marah. Ada saja bahan, kata – kata, ulahnya yang menjengkelkan (biasanya diikuti dengan kebiasaan membuang dahak, tak peduli sekalipun orang lagi makan di sampingnya).. he he .. itulah Alfred, kawan yang sudah lama bergabung bersama kami di PP namun belakangan baru di baca SK-nya). Satu kata saja yang bisa membuat kawan ini tak berkutik “ SIDAK”. Kata ini sangat ampuh saya pakai untuk meredam ke-cerewetan-nya dalam berkelakar.

Satu lagi dari tim ini, Yohanes Jimy Nami. jimy begitu ia disapa. Barangkali teman yang satu ini paling cuek diantara kami (termasuk cuek dalam soal piket). Dia orang yang tenang, suka humor, dan terkesan hidup tanpa beban.  Sisi lain jimy adalah dia necis, selalu berpenampilan menarik,agak metropolis, bicaranya tenang, terkadang diselingi senyum dan tertawa.  PRIA AKTIF pengunjung pasar jongkok (setiap  jumat depan masjid cut meutiah) ini, sangat santai dalam bergaul dan bertutur. Ia pribadi yang boleh jadi mendistorsikan realitas yang kompleks menjadi begitu santainya. Pembahasan paling menarik menurut dia adalah C***K. Terkadang kami berkomplot untuk mengganggu alfred (si b***t), dan jimy yang sering mengcomplain, mungkin pengaruh kedekatan mereka karena  si alfret itu mantan sekjend di cabang dulu (walaupun terkadang jimy ikut menertawakan).

Parlindungan Simarmata, si gondrong PP dari selatan ini punya tampilan seperti seorang seniman, (gondrong dan pendiam) walaupun saya ragu apa dia punya karya seni yang bisa dibanggakan. Mugkin seni jalanan. Dan karena itulah yang disuruhkan kepadanya. Gerakan di jalan.. he he he. “konsolidasi”, itu mungkin kata yang paling akrab dengannya. Meggerakkan perang dan perlawanan di jalanan, dia mengajak kami menuju karakter yang mengerikan, REVOLUSI.  Aroma tembakau Marlboro semacam menjadi parfum-nya.  Dia selalu mengepulkan asapnya dan di dekatnya pasti ada segelas kopi buatan PARDI. Saya pikir merokok dan kopi pardi itulah yang meghambat pertumbuhan fisiknya.

Kebersamaan yang bersambung dari cerita sekelompok kaum muda ini, terkadang konyol, tapi asyik. Terkadang serasa diolok – olok, namun semakin mengalami situasi sulit  kami menyelami jiwa dengan pengamatan panjang dan mendalam. Saling meghargai sebagai pribadi dalam keseharian, walau dalam tempurung kepala ada yang megganjal karena beda.

Di situasi  santai ku sambung lagi cerita ini , karena dalam santai bersamalah aku merekam, merasakan dan sebisa mungkin memahami kebersamaan kami.  (bersambung lagi)



Di suatu tempat saat menjelang malam.
Hery Opat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar