Selasa, 09 Desember 2014

Seorang Bayi harus membayar penuh untuk ASI

Seorang Bayi harus membayar penuh untuk ASI
(Tulisan Wawan Setiawan, Okt. 2008,)

Rabu 8 oktober 2008 dunia telah ditandai runtuhnya liberalisme total. Amerika sebagai provokator utama Liberalisme sendiri telah menjadi liberalis terpimpin/terkontrol sejak kongres setuju menalangi/memberikan hutang ke pihak2 swasta yang arus kas-nya mengering. Sore hari sambil tetap menyimak berita, mengamati indeks bursa, dan meratapi nasib dan hanya bisa geleng2 kepala, yang siang itu harus membeli USD sebesar Rp 9800/per 1 USD untuk membayar kewajiban ke hongkong, saya sempetkan menelpon anak dan istri saya di Russia, saya kabarkan ke mereka bahwa Your Lenin, Your Trotsky, dan Your Marx tersenyum simpul melihat dunia saat ini. Di kota-kota Russia yang namanya Lenin Skaya/Street, Karl Marx street berada dimana-mana. Patungnya bahkan menyebar hampir di setiap kota, sehingga sangat menancap erat di mind penduduk kota Russia.
Menyimak langkah2 pemerintah Indonesia saat ini, barulah saya sedikit menaruh apresiasi kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang tiba2 melakukan kontrol penuh penutupan bursa saham, menyarankan BUMN buy back saham2 yang ada, tiba2 Bapak Presiden kita berubah arah secara drastis. Sore hari sempat melihat berita di TV bahwa beberapa negara eropa telah mengambil alih penuh kontrol otoritas keuangan, Islandia telah melakukan pemotongan uang/devaluasi hingga 40% dan Russia turun tangan untuk menyuntikan dana ke Bank Sentral. Teman saya perwira polisi yang pada hari selasa kita berdiskusi dengan apa yang terjadi dengan uang-nya, dan saya pada hari selasa sudah mempunyai feel sebaiknya bursa ditutup untuk sementara, meminta penjelasan lagi dengan kejadian hari rabu pagi siang dan sore. Jelasnya penjelasan singkat saya adalah ini kemenangan kecil komunisme, jangan berpersepsi negative dulu terhadap komunisme yang orang Indonesia kaitkan dengan PKI, namun komunisme adalah kontrol penuh pemerintah terhadap otoritas2 politik, ekonomi, dan budaya.


Di TV dan portal2 berita, masih saja saya saksikan orang2 tidak setuju bursa ditutup atau turun tangannya pemerintah terhadap otoritas keuangan, kontrol BI exchange rate, dan kontrol2 lainnya. Jelasnya analisa saya mungkin hanya beberapa golongan yang berteriak seperti ini, yang pertama orang yang tidak mau lose atau menerima kekalahan dalam short selling bursa sehingga ingin memanfaatkan rebound bursa namun tidak punya kesempatan (ini karakter serakah), yang kedua pihak swasta kuat atau kelas atas Indonesia seperti Sofyan Wanandi yang sudah mencicipi fasilitas banyak dari pemerintah dan saat ini sudah berfundamen kuat, dan ketiga agen2 Amerika yang tetap ingin melanggengkan kekuasaan ekonomi di Indonesia. Sejak BBM naik saya selalu beropini bahwa ini negara gila, mohon maaf saya sangat marah terhadap pemerintah Indonesia dan sangat tidak menaruh hormat sedikitpun, meski saya menyadari bahwa saya menghirup udara, meminum air dari tanah pertiwi ini. Liberalisasi minyak dan gas saat itu saya ibaratkan bahwa Ibu pertiwi yang kita cintai mempunyai susu ASI, yaitu minyak dan gas, dan kita adalah anak kandung dari Ibu pertiwi ini, namun kita harus membayar ASI yang kita minum padahal kita masih bayi (setidaknya subsidi pemerintah tetap diperlukan dengan pertimbangan kekuatan ekonomi rakyatnya)

Meski saya menghirup energi ibu pertiwi ini, namun sejak saya menggeluti bisnis IT, saya sangat merasakan sedikitnya peran pemerintah dalam mendukung regulasi2 dan memfasilitasi bisnis IT, untuk itulah secara mandiri saya harus mencari celah2 yang bisa dimanfaatkan dan mencari2 peluang2 sendiri. Rasanya begitu berat menjadi rakyat Indonesia ini yang dibiarkan dan tidak dituntun untuk menjadi dewasa, bahkan harus rela untuk selalu terjengkang ketika belajar berjalan. Saya sangat terkesan dengan patriotisme rakyat Russia, wajar saja karena mereka semua adalah pekerja negara, dan negara memberi makan terhadap mereka, layak untuk dibela mati matian hingga titik darah terakhir, wajar Stalingrad dipertahankan mati-matian dari serbuan Nazi Jerman, sebagai imbal baliknya negara sangat melindungi mereka seperti anak kandung dari Ibu pertiwi yang sangat dicintai, melarang anak-nya terhadap hal2 yang tidak menguntungkan bagi anaknya.

Ketika final liga champion 2008 banyak jurnalis mengeluh terhadap pemeriksaan masuk ke Moskwa, tidak mengherankan bagi saya yang harus rela mencopot sepatu dan sabuk ikat pinggang untuk diperiksa ketika masuk dan keluar ke negara komunis (laptop diacak-acak), dan ketika pulang harus ditanya membawa uang berapa (melindungi kapital flight). Jelasnya membawa uang masuk ke negara komunis adalah dimudahkan, dan disusahkan ketika membawa uang keluar, hal makro ekonomi yang sempat saya pahami ketika mendengar penjelasan dari manajer hotel Bakrie di negara komunis yang kesulitan mengirim uangnya ke tanah air. Bahkan ketika pulang itu saya ingat betul bahwa teman saya Pak Teguh yang menjadi koki di hotel itu, yang harus membawa usd 1000 untuk anak istri di Indonesia harus melakukan split uang usd 500 untuk saya bawa (uang saya tinggal usd 100 untuk pulang, karena saya sudah menghabiskan kira2 usd 10.000 untuk 2 bulan berkelana). Split uang ini untuk memudahkan agar teman saya ini tidak dipersulit ketika pulang ke tanah air Indonesia hanya gara2 membawa uang cukup banyak bagi negara komunis saat itu.

Membaca kompas hari rabu kemaren saya cukup tersenyum ketika mengingat buku 1001 mati ketawa cara Russia, saking mereka orang2 serious dan wajahnya selalu tegang, maka banyolan-banyolannya menjadi konyol. Berita yang menjelaskan pemerintah Russia telah melakukan penutupan bursa sebelumnya dan mempertimbangkan untuk membuka bursa dengan cara transaksi yang dinegosiasikan, tidak boleh menggunakan komputer, namun hanya boleh dilakukan secara lisan. Hal ini ditempuh agar bursa bisa dikontrol penuh dan bisa diseimbangkan karena dengan tidak boleh memakai komputer secara langsung maka bisa menolak anomali transaksi. Jelasnya seperti tulisan saya sebelumnya bahwa komputer, Internet, dan teknologi informasi adalah produk American Dreams, yang membuat sesuatunya sangat sulit dikontrol dan memicu gerakan2 liar. Aneh juga seperti balik pada jaman dulu bahwa transaksi bursa dilakukan tanpa menggunakan komputer, tapi inilah kewaspadaan jeli ala Russia,konyol namun mengena. (seperti kisah sufi Nasrudin Hoja, konyol dan cerdas)


Sebelum peristiwa ini terjadi gonjang ganjing ekonomi Indonesia yang tiada henti karena berkiblat ke liberalis hampir total. Dari rencana penjualan BUMN (swastanisasi), liberalisasi minyak dan gas, kenaikan harga2 barang, sempat geleng2 kepala apakah bapak Presiden ini terlalu diikat di sangkar emas Istana hingga tidak mengerti rasa penderitaan rakyatnya. Namun hari rabu kemaren tiba2 arah kebijakan ekonomi dibalik 180 derajad, BUMN disarankan membeli sahamnya kembali, semoga menjadi penyadaran baru pemerintah Indonesia.

Mungkin saya orang yang hanya sekedar bingung saja, bahwa kepala saya dibentur-benturkan terhadap apa yang bisa saya baca, pelajari, dan menangkap “feel” dari gerakan kemerdekaan Indonesia, UUD 1945 dan fakta di lapangan. Indonesia bisa menjadi ada saya pahami karena Naar de Republiknya Tan Malaka, konsep awal tentang negara Republik Indonesia. Indonesia ada karena merupakan dialektika dari Anti Thesis Imperalisme Belanda. Para pendiri republik ini seperti Ir. Soekarno, Hatta, Syahrir, dan lain2 jelas merupakan orang2 sosialisme dari ide2 Marx. Tahun 1945 feel yang saya dapatkan adalah euforia kemenangan Bolshewik yang baunya menyebar kemana-mana. Wajar saja karena Bolshewik menawarkan kontra imperialis. Wajar saja jadinya ketika Pancasila dan UUD 1945 yang menjadi hakekat undang/hukum Indonesia yang saya pahami memberikan feel ala Marx. Namun memahami UUD 1945 ini sungguh sulit di era 2000 ketika saya sedikit memahami ekonomi makro, dan politik. Mungkin Indonesia lebih enjoy bereksperimen lagi dengan NASAKOM, dengan mencoba menerapkan membenturkan 2 kutub yang berbeda dan melangkah ke arah gaya tarik masing2 sesuai dimensi waktu saja, atau jelasnya memilih abu abu yang bergerak saja. Untuk berubah mungkin kepala kita harus dihantam batu dulu.


-----------------
*Tulisan ini masih pas dibaca di situasi kekinian
*Gambar, saya ambil dari google


Tidak ada komentar:

Posting Komentar