Minggu, 22 September 2013

Terbentur Agama




Ini kisah kawan saya.  Agak pilu memang. Hubungan dia dan seorang gadis yang sudah terjalin harus kandas karena masalah kepercayaan. Kawan saya Katolik, dan gadis itu Islam.
Saya menduga bahwa awalnya mereka tidak terlalu mempermasalahkan perbedaan agama, atau mungkin mereka awalnya hanya sahabat biasa, karena saat itu belum ada niat serius. Namun seiring umur semakin bertambah dan kualitas hidup juga harus maju, agama menjadi jurang yang melebar dan memisahkan.

Menurut cerita, mereka berdua sudah sama-sama bekerja, satu institusi tapi beda unit kerja. Setelah melewati banyak diskusi serius tentang masalah kepercayan mereka, mereka menyadari tampak begitu berat hubungan mereka. Kawan saya, saya tahu bukan seorang katolik yang taat, tapi saya yakin dia tidak pernah memikirkan untuk meninggalkan agamanya.  Sedangkan si gadis adalah seorang muslimah yang taat, berhijab, dan katanya cantik.

Kawan saya itu sekarang sudah menikah, dan saya tahu dia masih mencintai gadis berjilbab itu. Dia menikah hanya untuk menghindari semua beban itu. Dia masih sering bercerita tentang gadis itu kepada saya. Tentang senyum  gadis itu, cerewetnya, dan ajakannya untuk masuk islam.
Saya sering mengingatkan dia, ‘Kamu kan sudah menikah.  kalau kamu sudah memutuskan menikah,  berarti semua permasalahan klarr. Selesai’. Dia menyela ‘iya her, tapi saya sangat mencintai dia’.

Wahhhh, ini memang yang salah kawan saya. Pikir saya dalam hati.
Masa sudah menikah malah memikirkan wanita lain.

‘Ya sudahlah.. Move on.. Move on…’ beberapa kali saya mengingatkan.

Kawan saya ini tampak semakin terharu menceritakan pengalamannya ini kepada saya.
Yah saya sendiri merasa lucu dengan kasus kawan saya ini. Tapi kenapa saya juga jadi mempermasalahkan?? hehehe

 Mungkin karena agama bagian dari keyakinan dimana manusia tidak membutuhkan alasan. Selain itu, saya tidak terbayang jika kawan saya harus berjalan di rel yang berbeda.

‘Oh ya Bisa tidak jika kamu tetap katolik, dan si gadis tetap islam, dan kalian menikah?

Dia terdiam dan tidak bisa menjawab pertanyaan saya.

‘Oh lupa kamu kan sudah menikah.Sudahlah kawan’

Dia masih saja menyela ‘Tapi…….

Saya lalu pergi untuk tidak mendengar selaan dia. 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar