Ini kisah kawan saya. Agak pilu memang. Hubungan dia dan seorang
gadis yang sudah terjalin harus kandas karena masalah kepercayaan. Kawan saya
Katolik, dan gadis itu Islam.
Saya menduga bahwa awalnya mereka
tidak terlalu mempermasalahkan perbedaan agama, atau mungkin mereka awalnya
hanya sahabat biasa, karena saat itu belum ada niat serius. Namun seiring umur
semakin bertambah dan kualitas hidup juga harus maju, agama menjadi jurang yang
melebar dan memisahkan.
Menurut cerita, mereka berdua sudah sama-sama bekerja, satu institusi tapi beda unit kerja. Setelah melewati banyak diskusi serius tentang masalah kepercayan mereka, mereka menyadari tampak begitu berat hubungan mereka. Kawan saya, saya tahu bukan seorang katolik yang taat, tapi saya yakin dia tidak pernah memikirkan untuk meninggalkan agamanya. Sedangkan si gadis adalah seorang muslimah yang taat, berhijab, dan katanya cantik.
Menurut cerita, mereka berdua sudah sama-sama bekerja, satu institusi tapi beda unit kerja. Setelah melewati banyak diskusi serius tentang masalah kepercayan mereka, mereka menyadari tampak begitu berat hubungan mereka. Kawan saya, saya tahu bukan seorang katolik yang taat, tapi saya yakin dia tidak pernah memikirkan untuk meninggalkan agamanya. Sedangkan si gadis adalah seorang muslimah yang taat, berhijab, dan katanya cantik.
Kawan saya itu sekarang sudah
menikah, dan saya tahu dia masih mencintai gadis berjilbab itu. Dia menikah hanya
untuk menghindari semua beban itu. Dia masih sering bercerita tentang gadis itu
kepada saya. Tentang senyum gadis itu,
cerewetnya, dan ajakannya untuk masuk islam.
Saya sering mengingatkan dia, ‘Kamu
kan sudah menikah. kalau kamu sudah
memutuskan menikah, berarti semua
permasalahan klarr. Selesai’. Dia menyela ‘iya her, tapi saya sangat mencintai
dia’.
Wahhhh, ini memang yang salah kawan
saya. Pikir saya dalam hati.
Masa sudah menikah malah memikirkan
wanita lain.
‘Ya sudahlah.. Move on.. Move on…’
beberapa kali saya mengingatkan.
Kawan saya ini tampak semakin terharu
menceritakan pengalamannya ini kepada saya.
Yah saya sendiri merasa lucu dengan
kasus kawan saya ini. Tapi kenapa saya juga jadi mempermasalahkan?? hehehe
Mungkin karena agama bagian dari keyakinan
dimana manusia tidak membutuhkan alasan. Selain itu, saya tidak terbayang jika kawan
saya harus berjalan di rel yang berbeda.
‘Oh ya Bisa tidak jika kamu tetap
katolik, dan si gadis tetap islam, dan kalian menikah?
Dia terdiam dan tidak bisa menjawab
pertanyaan saya.
‘Oh lupa kamu kan sudah menikah.Sudahlah
kawan’
Dia masih saja menyela ‘Tapi…….
Saya lalu pergi untuk tidak
mendengar selaan dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar