Kamis, 31 Oktober 2013

Jangan Kau Kira......

“Jangan kau kira cinta datang dari keakraban yang lama dan pendekatan yang tekun. Cinta adalah keterpautan jiwa dan jika itu tak pernah ada, cinta tak akan pernah tercipta dalam hitungan tahun bahkan abad”,

(Kahlil Gibran) 

Selasa, 29 Oktober 2013

Palangka

Tahun 1950 an, Presiden Soekarno sudah memprediksi Jakarta pasti akan tumbuh secara tak terkendali. Saya rasa sekarang kita mengalaminya. Jakarta begitu akrab dengan peliknya soal seperti macet, banjir, sampah dan masih banyak lagi masalah. Dulu Soekarno pernah punya mimpi memindahkan ibukota negara ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Siang tadi saya tiba di Palangka. Setelah tiba di Palangka untuk beberapa hari urusan kantor saya, saya coba menebak nebak, kenapa harus Palangka yang diinginkan Soekarno?

Mungkin yang pertama, Palangkaraya ada di pulau yang sangat luas dan letaknya ada di tengah gugusan pulau-pulau nusantara. Yang kedua mungkin karena Beliau ingin menghilangkan peran yang begitu sentral dari Jawa yang menurut saya diterapkan oleh VOC dalam berdagang jaman kerajan-kerajaan tempoe doeloe.

Hebat memang ide Soekarno. Dari beberapa referensi saya ketemu konon Soekarno ingin membangun Palangka sebagai sebuah kota megah dengan moda transportasi darat dan sungai di pusat kota. Di Palangka, ada sungai Kahayan yang rencana Soekarno akan dibuat cantik mirip sungai-sungai di Eropa. Orang bisa bersantai dan menikmati kota dengan aliran sungai.

Kini Jakarta  semakin semrawut dan jauh dari kesan kota yang megah, dan palangkaraya masih tetap lambat berbenah dalam pembangunannya.

1965. Saat kejatuhan Soekarno mimpi itupun berlalu. Soeharto menjadikan semua sangat 'jakarta'. Dan di Palangkaraya hanya tertinggal sebuah monumen Soekarno sebagai pengingat. Yang lainnya ikut terkubur bersama mimpi.

*Malam dingin di Palangka

Selasa, 22 Oktober 2013

Rumah Tua Itu Bernama Marga

Kalau sempat melintas di Jl. Soeharto, salah satu jalan utama di kota Kupang, di sebelah kiri dari arah Undana lama, dekat simpang ke arah universias PGRI, Sebelum warung ratusari dan asrama mahasiswa Belu, tepat depan polda NTT, ada sebuah bangunan tua. Usianya hampir setengah abad, Bangunan itu awalnya adalah sebuah gereja, namun setelah gereja pindah ke Jl. Herewila, bangunan itu dihibahkan Keuskupan Agung Kupang kepada mahasiwa-mahasiswa katolik yang berhimpun dalam PMKRI. Rumah yang jadi sekretariat   itu biasa disebut anak – anak PMKRI sebagai margasiswa (selanjutnya disingkat dengan marga).
Kalau mau menceritakan semua, mungkin akan sangat banyak pengalaman saya di rumah itu.
Sejak awal saya melanjutkan kuliah di Universitas Nusa Cendana, saya menyadari diri saya sangat termotivasi untuk belajar. Saat – saat kuliah dulu, keinginan untuk belajar itu begitu menggebu. Membaca, ikut aktif dalam diskusi-diskusi di kampus sampai ingin terlibat akif dalam beberapa organisasi intra dan extra universiter. Bayangkan. Saya harus membagi uang kiriman orang tua, yang jumlah nya ± Rp. 200.000 / bulan  kala itu, untuk kebutuhan sebulan dan belanja buku. Kenapa harus belanja buku? Kan ada perpusakaan? Itu dia masalahnya, saya tidak bisa membaca berlama-lama saat itu kalau di perpustakaan. Karena ada kebiasaan buruk saya, saya hanya bisa bertahan membaca kalau sambil mengepulkan asap rokok. So saya jarang ke perpustakaan tapi lebih sering ke gramedia.
Masuk semeseter III awal, saya bersama beberapa teman sekampus, ikut mendaftar ke Perhimpunan Mahasiswa Katolik (PMKRI) Cabang Kupang yang sekretariatnya di Jl,Soeharto itu.  Nah di situ semua berawal. 1 minggu ikut penerimaan di Buraen itu paling berkesan. Di suruh berpidato, memimpin diskusi/rapat, berdebat semua dilatih dengan konsekuensi sanksi guling-gulingan di lumpur ala militer kalau tidak bisa. Ada juga mars penyemangatnya. Lagu “di tengah rimba raya”.  Anak-anak marga kupang pasi hafal lagu ini. 1 minggu di MPAB, lanjut 8 pekan Mabim plus 1 minggu lagi LKK membuat banyak hal dalam diriku saya rasa berkembang. Pokoknya Top Markotop.
PMKRI kupang yang lahir 25 Oktober 1963 bagi saya adalah rumah perjuangan. Entah sudah berapa banyak kader yang lahir, ditempa dari rahim pembinaan di rumah ini.
Hari ini, PMKRI kupang hampir genap 50 tahun. Kalau se usia manusia, sudah cukup tua, keriput, dan penuh kerutan. Usia yang kurang produktif lagi. Namun ada kebanggaan di usia nya yang sebegitu PMKRI Kupang tetap luar biasa melahirkan kader-kader dalam semangat Intelektualias Kristianias dan fraternitas. Ketuaan usia, tapi tetap anggun mempesona dalam pembinaan kaum muda. Sungguh !! Pro Ecclesia et Patria!!! Religio Omnium Scintiarum Anima!!! Saya Merinding!!!
Jayalah selalu PMKRI Kupang St. Fransiskus Xaverius. Vivat Baret Merah Bol Kuning !!! 
Besok saya berencana akan ke Kupang. Ada pesta emas perayaan 50 tahun PMKRI Cabang Kupang. Undangannya saya baru saja terima. Beberapa acara tampaknya sudah disiapkan oleh panitia perayaan. Ada seminar nasional, ada jalan sehat, ada reuni/serasehan, juga misa serta gebyar puncak 50 tahun.
Disertai hujan dan angin keras di sekitaran Jakarta sore ini, saya menuliskan ini semua. Satu per satu kenangan di rumah tua bernama Marga bermunculan. Dan saya berkaca-kaca.


Sabtu, 19 Oktober 2013

Nona

Seminggu terakhir, saya benar disibukkan dengan kegiatan kantor. Baru kembali dari Surabaya, saya disuruh melancong lagi sampai ke Gorontalo sana. Lumayan terkuras, pikiran dan energi. Mana pas kembalinya dari Gorontalo, arah dari bandara ke Cijantung, yahhh ampunnnnn, sampai hampir 5 jam di jalan. 

Oleh karena itu, weekend saya kali ini saya putuskan hanya di rumah saja. Tidur.. Bangun.. Makan.. 
Tidur Lagi... Bangun Lagi... Makan Lagi.. 
hehehe.. 

Malamnya saya baru membaca. Menonton televisi bersama istri dan masuk ke blog saya ini. 
Kebetulan di TV td, saya dengar lagu NONA-nya Iwan Fals. Sepintas saya dengar asyik juga lagunya. 
Ini saya kasih video juga liriknya. 


Sudah cukup jauh perjalanan ini
Lewati duka lewati tawa
Lewati s'gala persoalan

Kucoba berkaca pada jejak yang ada
Ternyata aku sudah tertinggal
Bahkan jauh tertinggal

Bodohnya diriku tak percaya padamu
Lalu sempat aku berpikir 
Untuk tinggalkan kamu
 
Nona, maafkan aku 
Oh nona peluklah aku
nona begitu perkasanya dirimu
Yakiniku
Nona marahlah padaku
Nona nonaku 

Aku tak peduli apa kata mereka
Hari ini engkau di sini
Esok tetap di sini


Rabu, 16 Oktober 2013

Pukul 12.15 Wib take off dari Bandara Soekarno Hatta Jakarta menuju Gorontalo. Dari take off, pokoknya aman dan damai. Saya seperti biasa mulai dengan baca-baca majalah lalu akhirnya tertidur.

Beberapa jam mengudara, saya terbangun. Pesawatnya menembus awan-awan hitam dan berguncang tidak karuan. Dari jendela bisa kelihatan awan-awan hitam dan gelap. Sayap pesawat hanya kelihatan seperempat bagiannya saja.

Dibanting pertama, lumayan. Bantingan kedua akibat guncangan lebih keras lagi. Sangat terasa. Denyut jantung juga langsung ikut berubah. Untung saja tidak ada yang berteriak karena kejadiannya begitu cepat.

Di bagian kiri saya ada seorang ibu mulai komat kamit. Mungkin membaca doa. Saya hanya berusaha memperbaiki seatbelt lebih kencang lalu pasrah.

Untung tidak lama berselang memang pesawatnya mau landing di makassar. Menjelang touchdown masih terasa bergoyang. Begitu pesawat keluar dari runway saya baru benar-benar lega.

Landed di Makassar 40 menit lalu terus ke Gorontalo.

Kamis, 10 Oktober 2013

Arloji, Sebuah pesan dan Yabes

1
Hari ini dari Surabaya saya pergi ke Gresik, tanpa arloji di kiri pergelangan saya. Jam tangan itu tertinggal di hotel dan saya terlalu malas  untuk kembali mengambilnya. Ada yang janggal rasanya, ada sesuatu yang tertinggal (emang iya!).

2
Akhir -akhir ini saya akui banyak masalah yang saya hadapi. Kesibukan, stres, dan banyak kerja yang menumpuk ikut berkontribusi menurunkan berat badan saya. sampai pada saya menulis ini pun pikiran dan badan saya belum establish. Bersyukur, ada orang-orang dekat yang selalu mengingatkan. Ada pesan tadi dari teman saya "Stop hurting your self, be focus with the happines you have gotten. Stop remembering all of useless thing that just will make you sad or weak. Just do not make a bigger mistake and foolish things, you have a very precious life with everyone around you, your friend, your family, your community, and someone who really trust and love you. They are too precious for you if you just things of a small pain of your dreaming. Your dream has been over, and you should be ready to face the reality with a bridge smile from your mind even your heart" 
Thanks to my beloved friend, life has never been complicated like this before. But after all...anyhow...life has never been amazing like this before!

3
Malam ini di  Surabaya, di sebuah tempat makan yang agak ramai saya ikutan serius menonton Tv. Ada pertandingan seru. Timnas U 19 melawan Filipina. yang bikin saya terharu, ada pemain NTT asli Alor Nusa kenari yang ikut main. Hitam, keriting dan lincah. Walaupun dia cadangan dan baru bermain pada paruh ke II tapi berhasil mencetak  Gol. Dia Yabes. Thanks Yabes. Thanks Garuda muda. 

4
Dan setiap saya ingin mengetahui pukul berapa sekarang, terpaksa saya melihat hp saya. 

Rabu, 09 Oktober 2013

Iki Suroboyo Rek !

Hari ini saya berkesempatan ke Surabaya. Puji Tuhan, penerbangan siang tadi  tidak delay. Di jemput seorang teman, kami langsung menuju Hotel Prime Royal, di Jl. Kranggan.
Istirahat sebentar, kami lalu berkeliling Surabaya mencari makan, karena di pesawat hanya dikasih snack untuk mengganjal lambung. Di pinggir jalan yang sedikit menarik perhatian saya adalah ada beberapa spanduk himbauan dari kepolisian dengan tulisan  “Iki Suroboyo Rek ! Tertib Lalulintas’ e”.  himbaun yang kedengaran menyindir, agak kasar bagi orang baru seperti saya tapi bagi orang surabaya itu ajakan yang sangat bersahabat . begitulah teman yang menjemput kami menjelaskan “orang surabaya gaya bicara nya saja yang kasar tapi sesungguhnya mereka baik”. Rupanya yang tampak kasar itu lah yang membuat akrab sebuah pergaulan.  Begitulah surabaya.
Sedikit sejarah yang pernah dipelajari dahulu, waktu masih di bangku sekolah, kita pasti kenal  dengan cerita pertarungan hebat  pasukan besar dibawah pimpinan Inggris yang pada akhirnya harus menyerah kalah di pertempuran 10-November yang menewaskan jendral malaby. Atau cerita heroik peristiwa perobekan bendera belanda di hotel Yamato yang pada saat itu salah seorang pemuda naik ke atas markas Belanda di jl. tunjungan (saat ini menjadi hotel bintang 5) dan merobek bendera warna biru dan hanya menyisakan warna merah putih menjadi bendera Indonesia
Semua itu terjadi di surabaya.
Semangat perjuangan yang tergambar dalam cerita2 sejarah, saya pikir masih melekat menyatu menjadi ciri khas surabaya sampai sekarang. Arek-arek suroboyo, bonek atau pekikan ‘ iki soroboyo rek’ sepintas menggambarkan karakter yang kasar, namun sesungguhnya berbalut semangat perjuangan yang hangat.
Mungkin untuk beberapa hari saya di kota ini. Besok pagi saya akan Gresik, sekitar setengah jam lama jarak tempuhnya dari Surabaya.
Setelah  dari Gresik ingin juga sebenarnya ke Jombang. Yah Jombang. Mudah-mudahan sempat.  

Senin, 07 Oktober 2013

Angka Bicara



Hari ke hari waktu berganti, Indonesia makin terpuruk dengan korupsi. Yang paling menghebohkan belakangan adalah tertangkapnya pimpinan MK, Akil Mochtar, dalam sebuah 'operasi tangkap tangan' yang dilakukan oleh KPK.

Banyak pengamat menganggap inilah keterpurukan hukum negeri ini. Institusi tertinggi pengawal konstitusi, benteng terakhir hukum negeri ini, ternyata dipimpin oleh seorang yang korup. Seperti kiamat. 

Kita sebagai manusia cuma bisa membuat konsep, aturan, mendirikan lembaga, institusi, otoritas untuk menangani segala hal yang kita anggap sebagai kejahatan. Namun kehidupan ini selalu membawa dua hal yang tak dapat dipisahkan; good and evil. Terserah bagaimana Anda memadankan bahasa untuk dua kata bahasa Inggris tersebut, tapi namanya kebaikan dan kejahatan selalu ada. Pada dasarnya manusia itu homo homini lupus, saling memangsa sesamanya. 

Jika kita ambil contoh pembunuhan, sama halnya dengan korupsi, penyuapan, kolusi, nepotisme. Mungkin sejak manusia kenal apa itu jual beli, apa itu alat transaksi berupa uang, atau mungkin sebelumnya, korupsi adalah suatu bentuk praktik manusia yang sudah ada dan berkesinambungan. Jadi, jangan terlalu naif beranggapan bahwa korupsi bisa dibasmi. Bahkan dengan menggunakan hukum yang katanya dari Tuhan, korupsi akan terus ada dan dilakukan oleh manusia. Maka dari itu, bersikaplah realistis.

Dalam banyak diskusi, hingga mimbar, di layar tv,  khutbah, semua orang menyuarakan efek jera. Silakan berlakukan hukuman mati, mencontoh di Cina. Kemudian lihat grafiknya, apakah korupsi bisa bersih? Bisa menurunkan grafiknya, tapi bisakah tuntas dan ludes seketika? Mau potong jari, kaki, dimiskinkan, dibabat habis sampai sekeluarga, apakah akan memberikan efek jera?

Timbul kecurigaan, “jangan-jangan efek jera adalah konsep yang absurd.” atau malah sebenarnya yang dimaksud efek jera adalah apa yang tercantum dalam diagram saja. Jika demikian, semestinya kita lebih realistis bahwa apa yang bisa kita lakukan hanya sebatas di posisi mana angka kita. Apakah level tindak pidana korupsi di negeri ini menurun atau tidak. That’s it! Kita bukan Tuhan dengan Kun FayakunNya, hocus pocusNya, que sera seraNya, avada kedavraNya. Bisa jadi, statistik adalah yang kita sesungguhnya kita sembah.

Maka dari itu yang terpenting untuk dielaborasi bukanlah bagaimana memunculkan efek jeranya, melainkan bagaimana sistem bekerja. Contohnya; jelas sekali kita lihat bahwa praktik pemalakan dan pungutan liar di Indonesia sudah menjamur. Dari lingkungan di sekitar kita sampai lingkungan pemerintahan. Kita hidup di Indonesia dan tumbuh berkembang dengan keadaan sebegini rupa hingga bisa kita bilang menjadi bagian dari budaya kita. Meski banyak orang yang menampik jika ini dibilang membudaya, tapi tidak ada langkah pasti untuk mencegahnya. Tak heran apabila kehidupan berpolitik kita yang dibiayai dari hasil pungli, lalu menyuburkan korupsi, suap, dan lain-lain.

Persoalan siapa saja yang mau korupsi, silakan saja korupsi. Berbuat baik atau jahat adalah pilihan, tapi setiap pilihan yang kita ambil akan ada konsekuensinya. Hukum yang adil, tegas, dan tidak pandang bulu yang diinginkan rakyat. Gambaran sederhana tentang bagaimana sistem di negara ini seharusnya bekerja. Mampukah kita sebagai rakyat, yang menduduki jabatan di pemerintahan atau tidak, untuk mewujudkannya? Negara bukanlah given dari Tuhan, langit, kekuatan impersonal, atau semacamnya. Negara adalah hasil tindak-tanduk manusia. Jika budaya kita budaya korupsi, tak perlu geram andaikan negara ini masuk daftar salah satu yang terkorup. Angka bicara.




Selasa, 01 Oktober 2013

Jam 4.00 dari kontrakan di  kalisari menuju Bandara Soekarno Hatta. Dengan Sriwijaya flight pertama saya akan ke Bengkulu.

Penerbangan pagi itu selalu berat bagi saya. Selain dingin, saya harus berjuang melawan gerakan dua katub kelopak mata yang masih ingin menyatu. NGANTUK.

OH ya hari ini tanggal 2 oktober. Hari batik nasional. Dan saya menghargai itu dengan menggunakan batik pagi ini.

*Ini post pertama yang saya buat dari Hp, di Ruang tunggu Bandara Soekarno Hatta.