(1) Menyambut dengan tenang rencana penerbitan Surat Gembala KWI menghadapi Pemilu 2014. Kita berharap surat gembala ini lahir dari proses refleksi yang tenang dan dalam, bebas kepentingan sempit, dan menggambarkan ketulusan gereja dalam memberikan yang terbaik bagi perkembangan demokrasi.
(2) Surat Gembala pada posisinya yang paling minimalis, pasti mengajak umat Katolik berpartisipasi aktif dalam hajatan Pemilu. Namun kami berharap, ada hal yang perlu ditekankan dari suara gereja, yakni partisipasi politik dalam cara yang berkualitas. Tidak hanya partisipasi, tapi partisipasi yang berkualitas. Kita telah melewati sekian kali pemilu, tapi yang nyata dalam kehidupan demokrasi kita adalah lemahnya kompetensi memilih. Kita tidak mampu mengidentifilasi pemimpin atau wakil yang baik karena sekat-sekat kepentingan yang ada di dekat kita, entah itu kepentingan primordial atau kepentingan ekonomi.
(3) Menyadari besarnya peran media dalam proses pembentukan sikap politik, gereja perlu mengajak umatnya yang bekerja di berbagai lembaga media, agar bersama-sama berkomitmen memperjuangkan politik yang lebih bermartabat. Orientasi bisnis yang menggeser segala komitmen untuk politik yang lebih bermartabat harus dijaga.
(4) Secara praktis, gereja perlu mengambil langkah advokasi yang lebih nyata dan bergereget. Salah satunya adalah dengan mengumumkan moratorium sumbangan pembangunan gereja oleh politisi. Ini karena banyak politisi yang mencuci bersih citra mereka melalui sumbangan pembangunan fisik gereja. Setelah korupsi dan hadir tanpa impak bagi kesejahteraan masyarakat, para politisi incumbent dapat dengan mudah membersihkan diri melalui sumbangan pembangunan fisik gereja dan berbagai kegiatan kegerejaan. Cara ini dapat menghancurkan kemampuan gereja mengambil peran dalam menegakkan etika dan moralitas politik. Terima kasih, Selamat Natal 2013.
------------------------------------
Ini Pikiran yg tajam dari seorang Politisi Katolilk yg jujur dan bersih.